Jumat, 30 Desember 2011

Anemia (Kurang darah)

Anemia disebut juga penyakit kekurang darah. hal ini dikarenakan jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah berada dibawah batas normal, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh dengan jumlah yang sesuai.

Faktor Penyebab
Penyebab anemia sangat berfariasi namun secara umum sebagai berikut :
  1. Perdarahan hebat : Akut (Mendadak) seperti kasus kecelakaan, pembedahan, persalinan serta pecah pembuluh darah. Adapula yang sifatnya Kronik atau disebut juga menahun seperti pada perdarahan hidung, orang yang mengidap wasir (hemoroid), penyakit ulkus peptikum, kanker atau polip saluran pencernaan, tumor, ginjal dan perdarahan menstruasi yang sangat banyak.
  2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah. Hal ini dikarenakan kekurangan zat besi, kekurangan vit-B12, kekurangan asam folat, kekurangan vit C, serta penyakit kronis.
  3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah. disebabkan oleh pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah, hemoglobinuria, dan thalasemia
Gejala Kurang Darah/ Anemia
Gejala yang ditimbulkan akibat pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhannya sangat berfariasi dari mulai sering merasa lelah, kurang tenaga, kepala terasa berputar atau pusing. Fase lanjutan, jika anemia tidak ditangani maka anemia semakin berat dan dapat menyebabkan stroke atau serangan jantung.

Diagnosa
Pada penentuan diagnosa anemia yang paling sederhana adalah dengan memeriksa tekanan darah sistol dan diastol, untuk lebih tepatnya kita sarankan cek darah lengkap karena kita dapat mengetahui persentase sel darah merah pada volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobinnya.

Kamis, 29 Desember 2011

Pedoman Gizi Seimbang




Menu Seimbang
Hal ini perlu kita pahami dengan benar, karena pedoman umum gizi seimbang ini penting bagi ketahanan tubuh, terutama pada anak dalam masa tumbuh kembang. Ingat asupan gizi yang baik adalah masa depan bangsa kita.
Makanan yang mengandung gizi memiliki fungsi penting bagi tubuh kita. Salah satunya adalah :
  • Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.
  • Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari.
  • Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain.
  • Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Nah maka dari itu apabila kita kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi akibatnya tubuh kita tidak bisa memperbaiki sel-sel atau jaringan tubuh kita yang sudah rusak, apalagi pada anak dalam masa pertumbuhan sudah pasti tumbuh kembangnya akan terhambat.
Pedoman Gizi Seimbang
Untuk menanggulangi masalah status gizi kita juga perlu pedoman tentunya. Berikut ini pedoman gizinya :
  1. Agar badan tetap sehat, makanlah aneka ragam makanan.
  2. Makanlah makanan yang mengandung sumber karbohidrat, protein, lemak untuk memenuhi kecukupan energi (tenaga).
  3. Makanlah 3 - 4 piring nasi sehari, dengan lauk pauk, sayur dan buah atau bahan makanan penukarnya untuk memenuhi 1/2 dari kebutuhan energi.
  4. Batasi konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan.
  5. Gunakan garam beryodium dalam semua menu makan sehari.
  6. Makanlah sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan karena mengandung zat besi agar badan tetap sehat dan bebas dari anemia (kurang darah).
  7. Minumlah tablet tambah darah / sirup FE, agar penyerapan besi dalam tubuh dapat maksimal.
  8. Berikan ASI saja pada bayi sampai berumur 6 bulan agar bayi sehat dan kebal penyakit.
  9. Biasakan makan pagi agar badan tetap sehat dan bugar.
  10. Minumlah air matang sekurang-kurangnya 8 gelas sehari.
  11. Lakukanlah olah raga secara teratur agar dapat mencagah kegemukan dan menguatkan jantung.
  12. Hindari minum minuman keras ber-alkohol agar tidak terkena penyakit berbahaya.
  13. Telitilah makanan yang dikemas (kaleng utuh & baik, tanggal kadaluarsa) dan bacalah label makanan agar kesehatan dapat dijamin dan terhindar dari bahaya.

Semoga Bermanfaat

    Rabu, 28 Desember 2011

    Amubiasis



    Apa itu Amubiasis ?
    Amubiasis adalah penyakit usus yang biasanya ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh parasit mikroskopis yang disebut Entamoeba histolytica (E. histolytica). Parasit amuba, organisme bersel tunggal. Pada umumnya, parasit ini tinggal di usus besar seseorang tanpa menyebabkan gejala apapun. Akan tetapi terkadang, parasit ini menyerang lapisan usus besar, menyebabkan diare berdarah, sakit perut, kram, mual, kehilangan nafsu makan, atau demam.
    Amubiasis biasanya terjadi di daerah di mana kondisi kehidupan yang padat dan di mana ada kurangnya sanitasi yang memadai. Penyakit ini tersebar hampir di seluruh dunia terutama di negara berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higiene individu, dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial dan cultural yang menunjang.
    Tanda dan Gejala
    Pada anak-anak yang terserang amubiasis terkadang gejala tidak muncul sama sekali. Ketika anak-anak mulai sakit, mereka akan mengalami sakit perut yang dimulai secara bertahap, sering buang air besar atau dan konsistensi cair, kram, mual, dan hilangnya nafsu makan. Dalam beberapa kasus akan mengalami demam dan mungkin tinja bercampur berdarah.
    Bagi sebagian penderita, gejala amubiasis timbul beberapa hari atau bahkan sampai mingguan setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh amuba tadi. Bahkan pada sebagian orang, gejalanya timbul setelah beberapa bulan kemudian bahkan tidak muncul sama sekali.
    Penularan
    Amubiasis ini dapat menular pada semua kalangan umur, khususnya pada orang yang tidak menjaga kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang kotor. Pada seseorang yang menderita amubiasis juga dapat menularkan infeksinya kepada orang lain yaitu melalui tinja. Ketika tinja yang terinfeksi tadi mencemari makanan atau air yang kita minum.
    Pencegahan
    Sampai saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah amubiasis. Akan tetapi anda dapat mencegah penyakit ini dengan bersikap hati-hati tentang apa yang Anda makan dan minum, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, dan jangan lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan pada air yang mengalir.
    Pengobatan
    • Emetin HCl 1 g/ kgBB/ hari untuk 10 hari
    • Chloroquine 10 g/kgBB/ hari untuk 21 hari
    • Metronidazole 50 g/ kgBB/ hari untuk 5 hari
    • Tetrasiklin 20 g – 40 g/ kgBB/ hari (sebaiknya tidak diberi untuk anak < 7 tahun)

      Selasa, 27 Desember 2011

      Gastritis


      Pengertian Gastritis
      Gastritis adalah peradangan atau inflamasi pada mukosa lambung sifatnya bisa berupa akut, kronik, difus atau lokal. penyakit gastritis ini paling banyak di jumpai di Klinik Penyakit dalam di Puskesmas dan menurut (Silvia & Wilson Pakar Patofisologi) Sekitar 80-90 % yang menderita penyakit gastritis akut dirawat di ICU.
      Biasanya tanda dan gejala yang sering ditemukan pada penderita gastritis yaitu rasa kembung, mual, muntah bahkan nyeri di daerah lambung sampai ke ulu hati.
      Etiologi Gastritis
      Penyebab gastritis dapat di bedakan sesuai dengan klasifikasi, yaitu sebagai berikut :
      • Gastritis Akut : pada gastritis akut ini penyebabnya adalah Obat-obatan analgetik, anti inflamasi terutama aspirin. Bahan kimia seperti alkohol, lisol, kafein, steroid, digitalis dan orang yang merokok.
      • Gastritis Kronik : penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui dan sering bersifat multifaktor pada akhir-akhir ini bahkan sering dikaitkan dengan kuman H.Pylori sebagai penyebab dari gastritis kronik
      Manifestasi Klinik Gastritis
      • Gastritis Akut : Yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.
      • Gastritis Kronik : Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
      Patofisiologi
      • Gastritis Akut : Zat iritasi yang masuk kedalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung teriritasi ada dua hal yang akan terjadi :
      1. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
      2. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
      • Gastritis Kronik : Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
      Komplikasi Gastritis
      1. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
      2. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
      Penatalaksanaan Medik Gastritis
      1. Gastritis Akut : Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis Reseptor H2). Inhibitor pompa proton, anti kolinergik dan antasid dan obat-obatan ulkus lambung lainnya. Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam lambung.
      2. Gastritis Kronik : Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid

      Minggu, 25 Desember 2011

      Heart Failur


      Heart failure is a progressive disorder in which damage to the heart causes weakening of the cardiovascular system. It manifests by fluid congestion or inadequate blood flow to tissues. Heart failure progresses by underlying heart injury or inappropriate responses of the body to heart impairment.
      Heart failure may result from one or the sum of many causes. It is a progressive disorder that must be managed in regard to not only the state of the heart, but the condition of the circulation, lungs, neuroendocrine system and other organs as well. Furthermore, when other conditions are present (e.g. kidney impairment, hypertension, vascular disease, or diabetes) it can be more of a problem. Finally, the impact it can have on a patient psychologically and socially are important as well.
      Heart failure is a cumulative consequence of all insults to the heart over someone's life. It is estimated that nearly 5 million Americans have heart failure. The prevalence of heart failure approximately DOUBLES with each decade of life. As people live longer, the occurrence of heart failure rises, as well as other conditions that complicate its treatment. Even when symptoms are absent or controlled, impaired heart function implies a reduced duration of survival. Fortunately, many factors that can prevent heart failure and improve outcome are known and can be applied at any stage.

      Hallmarks of Heart Failure
      Fluid Congestion
      If the heart becomes less efficient as a pump, the body will try to compensate for it. One way it attempts to do this is by using hormones and nerve signals to increase blood volume (by water retention in the kidneys). A drop in blood flow to the kidneys will also lead to fluid retention. Blood and fluid pressure backed up behind the heart result in excess salt water entering the lungs and other body tissues. However, it is important to note that not all swelling due to fluid retention is a reflection of heart failure.
      Clinical symptoms due to fluid congestion:
      • shortness of breath
      • edema (pooling of fluid in lungs and body)
      Reduced Blood Flow to the Body
      The heart's inability to pump blood to the muscles and organs isn't always apparent in early stages of heart failure. Often times, it is unmasked only during increases in physical activity. In advanced heart failure, many tissues and organs may not even receive the oxygen they require for functioning at rest.
      Clinical symptoms due to poor blood flow to the body:
      • difficulty exercising
      • fatigue
      • dizziness (due to low blood pressure)
      Heart Failure Classifications
      The symptoms and physical changes of heart failure have several different classifications based on their location and mechanism.
      Right vs. Left Sided Heart Failure
      1. Right Heart Failure - The inability of the right side of the heart to adequately pump venous blood into the pulmonary circulation. This causes a back-up of fluid in the body, resulting in swelling and edema.
      2. Left Heart Failure - The inability of the left side of the heart to pump into the systemic circulation. Back-up behind the left ventricle causes accumulation of fluid in the lungs.
      As a result of those failures, symptoms can be due to:
      1. Forward Heart Failure - The inability of the heart to pump blood at a sufficient rate to meet the oxygen demands of the body at rest or at exercise.
      2. Backward Heart Failure - The ability of the heart to pump blood at a sufficient rate ONLY when heart filling pressures are abnormally high.
      3. Congestive Heart Failure - Fluid in the lungs or body, resulting from inadequate pumping from the heart and high heart filling and venous pressures.



      Source : http://www.heartfailure.org/eng_site/hf.asp

      Kamis, 15 Desember 2011

      Anatomy Ear


      The ear is the organ of hearing. The parts of the ear include:

      External or outer ear, consisting of:
      1. pinna or auricle - the outside part of the ear. 
      2. external auditory canal or tube - the tube that connects the outer ear to the inside or middle ear.
      Tympanic membrane - also called the eardrum. The tympanic membrane divides the external ear from the middle ear.
      Middle ear (tympanic cavity), consisting of:
      1. ossicles - three small bones that are connected and transmit the sound waves to the inner ear. The bones are called:
        * malleus
        * incus
        * stapes
      2. eustachian tube - a canal that links the middle ear with the throat area. The eustachian tube helps to equalize the pressure between the outer ear and the middle ear. Having the same pressure allows for the proper transfer of sound waves. The eustachian tube is lined with mucous, just like the inside of the nose and throat. 
      Inner ear, consisting of:
      • cochlea (contains the nerves for hearing)
      • vestibule (contains receptors for balance)
      • semicircular canals (contain receptors for balance)
       

      Treatment and Management of Urticaria

      Urticaria which is also known as hives is a skin rash that is often described as red, itchy and raised. It may be as small as a papule or a big wheal several millimeters in size. It is most commonly caused by allergic reactions, but there are certain cases that are due to non allergic causes.
      There are two major type ; the first type is that one that last for less than 6 weeks and more often attributed to allergic causes. Most common example of triggering factor is food. The second and the more severe type is the chronic type. This type of urticaria can last more than 6 weeks and can be refractory to most common treatment. This is less likely to be caused by an allergic reaction.
      Urticaria


      Management
      It can be very difficult to manage, particularly chronic form. There is no guaranteed treatment or ways of controlling attacks. There are even an enormous number of patients with chronic form who are treatment resistant. Some common medications are suddenly losing their effectiveness and the patients become immune to the medication itself.
      The most assured treatment is to avoid its triggering factors but this can only be exercised when the person knows exactly what it is, and this is not usually the case. Symptoms are often idiopathic or unknown.
      The following are the most common treatment of hives:
      1. Histamine antagonist - drug therapy is usually in the form of anti-histamines such as hydroxizine. Citirizine and for acute attacks, diphenhydramine.
      2. Stress Management - while the disease is physiologic in origin, psychological management can also lessen the severity and the frequency of the attack. In addition, certain psychological means can also be done to shift focus away from the itch and discomfort during an attack
      3. Tricyclic anti-depressant - doxepin is also often potent H1 and H2 antagonist and may play a role in the therapy of patients with urticaria/hives.
      4. Steroids - can be given to patients with recurrent and refractory attacks of urticaria. This should be administered by doctors and must be prescribed.
      5. Diet - one who is suffering from urticaria should shy away from food that have a lot of preservatives like canned goods and certain food that is known to cause allergies. This allergenic food includes eggs, chicken, nuts, crustaceans and even chocolates.
      6. Homeopathic Remedies - make sure that you choose all natural ingredients that are guaranteed to be safe. Research on the ingredients first and find out its benefits as well as its side effects.
      7. Practical remedies at home - application of cold compress and calamine lotion significantly relieve the itch. It also helps in resolution of the swelling. One should limit exposure to too much heat and cold since extremes of temperature is also known to cause urticaria. One should avoid frequent skin contact on the affected area because too much direct stimulation will worsen the itch and the inflammation.
      8. Avoid stress and live a healthy life both physically and emotionally.

      Urticaria
      does not need to be an all-consuming problem. There are a variety of ways to prevent and treat it. Consultation with a specialist such as a dermatologist or an allergologist is always advisable

      Article Source: http://EzineArticles.com/3475880

      Rabu, 14 Desember 2011

      Otitis Media Akut (OMA)

      Pengertian

      Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999).

      Yang paling sering terlihat ialah :

      1. Otitis media viral akut
      2. Otitis media bakterial akut
      3. Otitis media nekrotik akut
      Etiologi

      Penyebab otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.

      Patofisiologi

      Umumnya otitis media akut dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.

      Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

      Pemeriksaan Penunjang
      1. Otoskop pneumatik untuk melihat membran timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus cahaya dengan kerusakan mogilitas.
      1. Kultur cairan melalui mambran timpani yang pecah untuk mengetahui organisme penyebab.

      Download Askep Otitis Media Akut disini