Kamis, 31 Maret 2011

Penyakit Sistem Transportasi Darah Pada Tubuh Manusia

Sistem transportasi pada manusia sangat penting untuk berbagai kebutuhan penunjang hidup. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang terjadi bila terjadi kelainan atau gangguan pada sistem transportasi tubuh kita disertai arti definisi / pengertian masing-masing penyakit.

1. Anemia / Penyakit Kurang Darah

Anemia adalah suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan hemoglobin dalam darah. Akibatnya tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.

2. Hemofili / Hemofilia / Penyakit Darah Sulit Beku

Hemofilia adalah suatu penyakit atau kelainan pada darah yang sukar membeku jika terjadi luka. Hemofili merupakan penyakit turunan.

3. Hipertensi / Penyakit Darah Tinggi

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh adanya penyempitan pembuluh darah dengan sistolis sekitar 140-200 mmHg serta tekanan diastolisis kurang lebih antara 90-110 mmHg.

4. Hipotensi / Penyakit Darah Rendah

Hipotensi adalah tekanan darah rendah dengan tekanan sistolis di bawah 100 mmHg (milimeter Hydrargyrum / mili meter air raksa)(Hydrargyrum = air raksa).

5. Varises / Penyakit Otot Nimbul

Varises adalah pelebaran pada pembuluh vena yang membuat pembuluh dasar membesar dan terlihat secara kasat mata yang umumnya terdapat pada bagian lipatan betis.

6. Penyakit Kuning Bayi

Penyakit kuning pada anak bayi adalah kelainan akibat adanya gangguan kerusakan sel-sel darah oleh aglutinin sang ibu.

7. Sklerosis

Sklerosis adalah penyakit kelainan pada pembuluh nadi sistem transportasi yang menjadi keras.

8. Miokarditis

Miokarditis adalah suatu kelainan akibat terjadinya radang pada otot jantung.

9. Trombus / Embolus

Trombus adalah kelainan yang terdapat pada jantung yang disebabkan oleh adanya gumpalan di dalam nadi tajuk.

10. Leukimia / Penyakit Kanker Darah

Leukimia adalah penyakit yang mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem transportasi.


Sumber: http://organisasi.org/jenis-macam-kelainan-penyakit-sistem-transportasi-darah-pada-tubuh-manusia


Artikel Terkait:

Senin, 28 Maret 2011

Merawat Gigi Bayi Usia 0 - 24 bulan

Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab membersihkan gigi bayi mereka. Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari. Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi.

Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan:
  1. Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari
  2. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol susunya.
  3. Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab
  4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang manis.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:
  1. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat cukup fluor
  2. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab ( tidak basah sekali), sehabis menyusui.
  3. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari botol) kecuali air putih.
  4. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu
  5. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu.
  6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.
  7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan air.
  8. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.
Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan:
  1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride
  2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari botol), kecuali air putih.
  3. Pergunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau.
  4. Sikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum tidur di malam hari)
  5. Gunakan sikat gigi yang lembut dari bahan nilon.
  6. Ganti sikat gigi tiap tiga bulan atau bila bulu-bulu sikat sudah rusak.
  7. Jadilah teladan dengan mempraktekkan kebiasaan menjaga kesehatan mulut dan lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
  8. Biasakan anak untuk memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah segar dan sayuran segar.
  9. Hindari makanan ringan yang mengandung gula.
dikutip dari pemaparan Drg.Yerika & Drg. Marshinta


Sumber:
http://www.infoanak.com/merawat-gigi-bayi-usia-0-24-bulan/

Artikel Terkait:

Rabu, 23 Maret 2011

Tips Atasi Nyeri Saat Persalinan

persalinanUntuk mengatasi rasa nyeri saat persalinan ini, coba terapkan tips berikut:
  1. Selama kontraksi, coba ambil posisi seperti merangkak di atas matras.
    Posisi ini mengurangi tekanan kepala bayi terhadap tulang punggung Anda. Dalam posisi merangkak ini, lurukan tangan dan punggung. Saat kontraksi selesai, taruhlah banyak bantal-bantal untuk menyangga kepala Anda.
  2. Saat kontraksi mulai lagi, singkirkan bantal-bantal tersebut agar Anda dapat kembali dalam posisi merangkak lagi.
  3. Mintalah pasangan Anda memijat punggung bawah, atau mengompres punggung Anda dengan air hangat di antara saat-saat kontraksi. Gunakanlah talk atau vaselin sebagai pelicin saat memijat.
  4. Bergeraklah terus di antara tiap kontraksi. Ini akan membantu Anda untuk mengatasi rasa nyeri saat persalinan. Saat kontraksi, pilihlah posisi yang paling nyaman.
  5. Pertahankan posisi punggung yang tegak, baik saat berdiri, duduk, maupun posisi lainnya. Gunanya agar kepala bayi tetap berada di leher rahim dengan baik, sehingga kontraksi yang terjadi semakin kuat dan efektif.
  6. Berkonsentrasilah pada pernafasan Anda, untuk menenangkan dan mengurangi rasa sakit.
  7. Bernyanyilah atau bersuaralah saat nyeri timbul untuk melepaskan rasa nyeri Anda. Namun, tidak perlu terlalu keras agar tidak membuang energi yang sangat Anda perlukan saat pengeluaran bayi nantinya.
  8. Berkonsentrasilah pada tiap kontraksi. Jangan memikirkan rasa sakit atau ketakutan untuk kontraksi yang berikutnya. Cobalah untuk melihat kontraksi sebagai gelombang yang harus diikuti untuk mencapai saat pengeluaran sang bayi.
  9. Buang air kecil sesering mungkin agar kandung kencing tidak menghalangi saat kontraksi.
  10. Jika perlu, Anda bisa minta dibius secara epidural untuk mengurangi nyeri.
    Epidural adalah pembiusan untuk mengurangi rasa sakit dengan membuat kebal sementara saraf-saraf di tubuh bagian bawah. Epidural harus diberikan secukupnya saja, sehingga pada tahap 2 persalinan (yaitu tahap pengeluaran bayi), pembiusan ini sudah menghilang. Apabila pembiusan ini tidak menghilang pada tahap 2 tersebut, maka proses pengeluaran bayi dapat menjadi lebih lama dan mungkin harus dilakukan episiotomi (pengguntingan vagina agar jalan lahir keluar bayi lebih luas) atau harus dipergunakan alat bantu forseps untuk melahirkan bayi.
Sumber: Buklet Prenagen "Mengenal Seluk Beluk Persalinan"

Source: http://www.info-sehat.com/inside_level2.asp?artid=41&secid=&intid=2

Artikel Terkait:
Kehamilan Resiko Tinggi
Komplikasi Persalinan
Tips Kesehatan
Masalah Kesehatan Wanita