Rabu, 23 November 2011

Furunkel

Pengertian
Furunkel atau disebut juga Bisul, adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang biasanya mengalami nekrosis ini disebabkan oleh staphylococcus aureus.




Furunkel (Bisul)


Etiologi
Etiologinya kebanyakan oleh  Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.

Gejala
  • Mula-mula nodul kecil yang mengalami peradangan pada folikel rambut, kemudian menjadi pustula dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus keluar. Proses nekrosis ini biasanya berlangsung selama 2 hari – 3 minggu.
  • Nyeri, pada daerah tersebut terutama pada yang akut.
  • Gejala konstitusional yang sedang (panas badan, malaise, mual).
  • Terdapat satu atau lebih dan dapat kambuh kembali.
  • Tempat predileksi : muka, leher, lengan, pergelangan tangan dan jari-jari tangan, pantat dan daerah anogenital. 

Cara Mendiagnosa
Diagnosis furunkel dapat ditegakkan secara klinis mengingat gambaran klinisnya yang khas yaitu lesi awal berupa infiltrat kecil, membesar membentuk nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), kemudian melunak menjadi abses, pecah, terbentuk ulkus. Tetapi untuk lebih menegakkan diagnosisnya yaitu dari segi :
  1. Anamnesis : timbul bisul atau benjolan yang nyeri dan ada matanya.
  2. Pemeriksaan fisik khususnya efloresensi nodul eritema berbentuk kerucut, dan ditengahnya terdapat core
  3. Pemeriksaan penunjang : pengecatan Gram, kultur dan tes sensitivitas

Diagnosis Banding
Diagnosis banding furunkolosis adalah folikulitis dan karbunkel. Antara furunkolosis dan folikulitis dapat dibedakan dari segi efloresensinya kalau pada folikulitis berupa macula eritematus, papula, pustula, tidak terdapat core dan jaringan disekitarnya tidak meradang. Antara furunkolosis dengan karbunkel, dapat dibedakan dari segi efloresensinya mirip dengan furunkel hanya saja ukurannya lebih besar dan mata bisulnya lebih dari satu, dan biasanya sering dijumpai pada penderita Diabetes Militus. 

Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan untuk furunkel atau furunkolosisi adalah sebagai berikut :
  1. Umum : atasi faktor predisposisi
  2. Medikamentosa
  • Untuk mempercepat drainase, kompres dengan air hangat atau povidon 1% (encerkan 1:10) 2 kali sehari selama 10-15 menit, setelah itu baru dioleskan antibiotik
  • Simptomatik
  • Sistemik diberikan antibiotic, seperti : Koksasilin 3 x 500 mg per oral/ hari selama 5-7 hari atau Cefadroksil 2 x 500 mg peroral/ hari selama 10-14 hari bila alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin, pada furunkel maligna diberikan sefotaksim 1 gram intramuskuler per 8 jam selama 10 hari.

Minggu, 20 November 2011

Demam Berdarah Dengue

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis, hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjana dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok.

Etioligi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti  Yellow fever, Japanese encehplalitis dan West Nile virus.
Virus Dengue


Epidemologi
 
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes (terutama A. aegepty dan A. albopictus).
Bebrapa faktor diketahui berkatian dengan peningkatan transmis virus dengue yaitu : 
  1. Vektor : perkembang biakan vector, kebiasaan menggigit, kepadatan vector di lingkungan, transportasi vector dari satu tempat ke tempat lain
  2. Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin
  3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

    Sabtu, 19 November 2011

    Hepatitis C

    Penyakit Hepatitis C merupakan penyakit yang menyerang hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC). 15% dari kasus yang terinfeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% dari kasus, yang terinfeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati. Organ hati yang terserang virus ini akan membengkak dan lama-kelamaan akan henti fungsinya.

    Model Virus Hepatitis C

    Model Virus Hepatitis C

    Tanda dan Gejala
     Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
    Namun tanda-tanda pada penyakit hepatitis seperti dibawah ini :
    • Mudah lelah dan letih
    • Hilang selera makan
    • Sakit perut
    • Sakit pada otot sendi
    • Urin menjadi gelap
    • Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi

    Cara Menentukan Diagnosa
    1. Liver Biopsi
    2. Blod Test
    3. Ultrasound

    Penularan Hepatitis C 
    Penularan Hepatitis C
    1. Biasanya terjadi melalui transfusi darah
    2. Penggunaan jarum suntik bergantian
    3. Berhubungan seksual dengan penderita penyakit hepatitis C Etc.

    Pengobatan dan Pencegahan
    Saat ini terapi yang dinilai efektif adalah Interveron dan Ribavirin
    Untuk pencegahan :
    1. Skrining HCV terhadap donor darah
    2. Hindari NAPZA
    3. Jangan menggunakan alat cukur, jarum suntik, jarum tato, jarum tindik, sikat gigi dengan bergantian. Selalu gunakan alat sendiri 
    4. Berprilaku seks yang sehat dan aman


    Jumat, 18 November 2011

    Makanan-makanan penghilang ketombe

    Rambut berketombe
    foto from google



    Ketombe pada kulit kepala biasanya menimpa orang-orang yang tinggal di daerah beriklim tropis, bersuhu
    tinggi, dan berudara lembab. Meski bukan termasuk penyakit berat, ketombe dapat dengan cepat menghilangkan rasa percaya diri Anda.

    Ada banyak sampo penghilang ketombe yang beredar di pasaran, tapi ternyata ketombe pun bisa dihilangkan dengan cara-cara alami lewat makanan.

    1. Jeruk nipis
    Gosokkan jeruk nipis yang sudah dipotong ke kulit kepala, biarkan beberapa saat, kemudian bilas. Jeruk nipis mengandung asam salisilat yang berkhasiat membersihkan lemak pada kulit kepala.

    2. Mengkudu
    Parut mengkudu, tambahkan air, dan aduk rata. Oleskan pada kulit kepala, biarkan mengering, lalu bilas dengan air bersih. Kandungan alkaloid triterpenoid pada buah mengkudu berkhasiat sebagai penghilang lembab, antiseptik, dan pelembut kulit.

    3. Pandan
    Gilinglah pandan sampai halus,tambahkan air, peras, dan saring. Siramkan air perasan pandan ini ke rambut, biarkan mengering sekitar setengah sampai satu jam, lalu bilas air bersih.

    4. Soda kue
    Bahan pengembang kue ini ternyata ampuh mengusir ketombe. Ambil segenggam soda kue kemudian ratakan pada kulit kepada, bilas sampai bersih. Awalnya rambut mungkin akan sedikit kering, tapi cara ini akan membuat kulit kepala Anda memproduksi minyak secara alami sehingga membuat rambut lembut dan ketombe hilang.

    5. Nanas
    Kupas kulit nanas yang sudah matang, lalu parut. Gosokkan parutan nanas tersebut pada kulit kepala yang berketombe, diamkan semalaman, bilas rambut pada pagi hari. Lakukan setiap malam sampai
    ketombe hilang. Zat bromelain pada nanas berkhasiat untuk membuang jaringan kulit tidak sehat termasuk
    ketombe.

    6. Cuka
    Benar, ini cuka yang biasa ditambahkan sebagai penyedap bakso. Caranya cukup campurkan secangkir cuka putih dengan secangkir air. Jadikan campuran tersebut sebagai bilasan terakhir setelah keramas. Diamkan sebentar, lalu bilas dengan air bersih.

    Selain perawatan dari luar, Anda juga perlu melakukan perawatan dari dalam. Kurangilah beberapa jenis minuman seperti kopi dan alkohol, lakukan diet makanan rendah karbohidrat dan lemak, dan perbanyak konsumsi vitamin B6 dan C.

    Yahoo.com

    Kamis, 17 November 2011

    Makanan berserat kurangi resiko kanker usus

    kanker
    foto from google



    Mengonsumsi roti gandum atau mungkin sereal gandum tiga kali sehari ternyata mampu mengurangi resiko penyakit kanker usus hingga 20 persen. Para peneliti, termasuk para pakar dari Imperial College London dan University of Leeds, menguji hasil dari penelitian sebelumnya yang melibatkan sedikitnya dua juta orang.

    Dari penelitian itu, mereka menemukan hubungan antara konsumsi dari sereal gandum dengan perlindungan melawan kanker usus. Dari setiap konsumsi dari 10 gram per hari, ada pengurangan resiko dari kanker unsus hingga 10 persen. Sejak tahun 1960an, serat dan fungsi usus dikenal membantu melindungi orang dari penyakit kanker usus seperti dikutip dari medicmagic.

    Hasil dari temuan terbaru itu, yang telah dipublikasikan dalan British Medical journal didasarkan pada analisis dari 25 penelitian. Hasil itu menunjukkan bahwa tambahan dari tiga penyajian makanan gandum setiap hari akan mengurangi resiko terkena kanker usus hingga 20 persen.

    Professor Anne Tjonneland dari masyarakat kanker Denmark mengatakan hasil dari analisis ini menambahkan bukti mengenai dampak positif dari gandum pada kesehatan. Sementara seorang dokter epidemiogical Dagfinn Aune dari imperial College London mengatakan ada pengurangan resiko yang signifikan terkait dengan konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi.

    Para peneliti mengatakan ada penjelasan yang masuk akal atas manfaat dari makanan berserat ini, termasuk tingginya kandungan folat dan mangnesium. Kandungan keduanya terkait dengan pengurangan resiko kanker usus. Di Inggris, 38.500 orang didiagnosa mengidap kanker usus setiap tahun yang menyebabkan kematian lebih dari 16 ribu orang per tahun.

    Mengejutkannya, para peneliti juga menemukan bahwa memakan kacang , seperti kacang polong, kacang-kacangan, dan kacang tanah dan mengonsumsi banyak buah dan sayur mayur justru tidak mencegah kita dari resiko kanker usus.(yud)

    antaranews.com

    Hepatitis B

    Penyakit Hepatitis B
    Hepatitis B Merupakan bentuk penyakit yang lebih serius dan menular yang tergolong berbahaya didunia. Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang dapat menyerang setiap orang dalam semua golongan usia, virus ini menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

    Penularan
    Virus ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh atau kontak dengan darah penderita.
    Berikut ini cara penularannya :
    1. Secara Vertikal : Pada saat persalinan atau segera setelah persalinan, yaitu ibu yang terjangkit penyakit hepatitis B menularkan pada bayi yang dilahirkannya.
    2. Secara Horisontal : Penularanya melalui transfusi darah, penggunaan alat suntik bergantian, serta hubungan sexsual dengan penderita.
    Tanda dan Gejala
    Pada umumnya gejala pada penyakit hepatitis B terlihat ringan, berupa : Nafsu makan kurang, merasa tidak enak perut, mual sampai muntah, nyeri sendi dan disetrai bengkak pada abdomen kanan atas. setelah 7 hari air seni menjadi kuning seperti air teh, tampak kuning pada kulit dan sklera mata.

    Pencegahan dan Pengobatan

    Ada beberapa kemungkinan tanggapan dari kekebalan yang diberikan oleh tubuh kita terhadap penyakit hepatitis B yaitu jika tanggapan tubuh kita adekuat maka tubuh akan membersihkan virus sendiri (pasien bisa sembuh), sedangkan jika kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif, dan jika kekebalan tubuh bersifat intermediate maka penyakit akan terus berkembang dan menjadi kronis. Untuk pengobatan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.cara pemberian obat yaitu dengan cara Oral dan Injeksi.
    •  Secara Oral :
               1. Obat Lamivudine dikenal dengan nama 3TC
               2. Obat Adefovir dipivoxil (Hepsera)
               3. Obat Baraclude (Entecavir)
    •  Secara Injeksi :
               1. Injeksi Microsphere
               2. Injeksi Alfa Interferon

    Langkah-langkah untuk pencegahan agar terhindar dari penyakit hepatitis B adalah dengan pemberian vaksin terutama pada mereka yang beresiko tinggi terkena virus ini.

    Hepatitis A

    Penyakit Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA =Virus Hepatitis A) disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita penyakit tersebut dan penularannya melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, akan tetapi tidak ditularkan melalui hubungan sexsual.
    Masa inkubasi penyakit hepatitis A adalah 2-6 Minggu sejak penularan, setelah masa ini berlalu, baru penderita menunjukan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit hepatitis A.
    Tanda dan Gejala
    Pada anak kecil yang terkena hepatitis A seringkali tidak ditemukan tanda-tanda yang signifikan, demam, nafsu makan menurun, mual dan mutah ciri  khas terjadi penyakit kuning (pada kulit dan mata), warna air kencing berubah menjadi warna tua, dan tinja menjadi pucat.
    Pada penyakit hepatitis A ini dibagi kedalam 3 Stadium 
    1. Prodromal (pendahuluan) dengan gejala seperti : letih, lesu, demam, nafsu makan menurun serta mual dan muntah.
    2. Ikterik Stadium stadium dengan gejala : kuning pada kulit dan mata, dan
    3. Konvalesensi yaitu stadium penyembuhan
    Penanganan dan Pengobatan
    Menjaga kebersihan diri, istirahat dengan cukup, kurangi aktivitas berlebihan kunjungi pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas/dokter) biasanya untuk menurunkan demam diberikan obat antipiretik seperti Paracetamol, untuk mual dan muntah diberikan antiemetik seperti Metoclopramide, multivitamin untuk meningkatkan dayatahan tubuh.

    Penyakit Hepatitis

    Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel dan organ hati manusia. Penyakit hepatitis dikategorikan menjadi beberapa golongan, diantaranya Hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Di Indonesia penderita penyakit hepatitis umumnya cenderung lebih banyak dalam golongan hepatitis B dan hepatitis C.
    Hepatitis A
    Hepatitis B
    Hepatitis C

    Rabu, 16 November 2011

    Dermatitis Atopik

    Definisi
    Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.


    Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.  Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa.

    Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Walaupun demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini didasari oleh interaksi antigen dengan antibodi. Nama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis.

    Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak  meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir.
    Sangat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal dari faktor lingkungan, seperti  bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa peningkatan ini juga disebabkan perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data.
    Dermatitis

    Patogenesis
    Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin ke saraf spinal sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral dan korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan rasa nyeri. Sebagian patogenesis DA  dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik.
    1. Multifaktor DA mempunyai penyebab multi faktorial antara lain faktor genetik, emosi, trauma, keringat, imunologik
    2. Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g yang menurun. Interleukin spesifik alergen yang diproduksi sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi Eosinophilia dan peningkatan IgE.
    3. Imunopatologi Kulit  Pada DA, sel T yang infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan menyeberangi endotelium pembuluh darah. Di pembuluh darah perifer pasien DA, sel T subset CD4+ maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+ dalam status teraktivasi (CD25+, CD40L+, HLADR+). Sel yang teraktivasi ini mengekspresikan Fas dan Fas ligand yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-sel itu sendiri tidak menunjukkan apoptosis karena mereka diproteksi oleh sitokin dan protein extracellular matrix (ECM). Sel-sel T tersebut mensekresi IFN g yang melakukan upregulation Fas pada keratinocytes dan menjadikannya peka terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinocyte diinduksi oleh Fas ligand yang diekspresi di permukaan sel-sel T atau yang berada di microenvironment
    4. Respon imun kulit Sel-sel T baik subset CD4+ maupun subset CD8+ yang diisolasi dari kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari darah perifer, terbukti mensekresi sejumlah besar IL-5 dan IL-13, sehingga dengan kondisi ini lifespan dari eosinofil memanjang dan terjadi induksi pada produksi IgE. Lesi akut didominasi oleh ekspresi IL-4 dan IL-13, sedangkan lesi kronik didominasi oleh ekspresi IL-5, GM-CSF, IL-12, dan IFN-g serta infiltrasi makrofag dan eosinofil
    5. Genetik Pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-33, kromosom 3q21, serta kromosom 1q21 and 17q25. Juga melibatkan gen yang independen dari mekanisme alergi. Ada peningkatan prevalensi HLA-A3 dan HLA-A9. Pada umumnya berjalan bersama penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis. Resiko seorang kembar monosigotik yang saudara kembarnya menderita DA adalah 86%.
    Reaksi imunologis DA
    Sekitar 70% anak dengan DA mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya seperti asma bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian besar anak dengan DA (sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan DA terutama yang moderat dan berat akan berlanjut dengan asma dan/atau rinitis alergika di kemudian hari (allergic march), dan semuanya ini memberikan dugaan bahwa dasar DA adalah suatu penyakit atopi.

    Ekspresi sitokin
    Keseimbangan sitokin yang berasal dari Th1 dan Th2 sangat berperan pada reaksi inflamasi penderita Dermatitis Atopik (DA). Pada lesi yang akut ditandai dengan kadar Il-4, Il-5, dan Il-13 yang tinggi sedangkan pada DA yang kronis disertai kadar Il-4 dan Il-13 yang lebih rendah, tetapi kadar Il-5, GM-CSF (granulocyte-macrophage colony-stimulating factor), Il-12 dan INFg lebih tinggi dibandingkan pada DA akut.

    Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap antigen lingkungan  (makanan dan inhalan), dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersentivitas tipe I. Imunitas  seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada 80% penderita dengan DA, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD 8+) terhadap limfosit T helper (CD4+) menurun dengan akibat kepekaan terhadap infeksi virus, bakteri,  dan jamur meningkat.

    Di antara mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berperan pada pruritus adalah vasoaktif amin, seperti histamin, kinin, bradikinin, leukotrien, prostaglandin dan sebagainya, sehingga dapat dipahami bahwa dalam penatalaksanaan DA, walaupun antihistamin sering digunakan, namun hasilnya tidak terlalu menggembirakan dan sampai saat ini masih banyak silang pendapat para ahli mengenai manfaat antihistamin pada DA. 
    Trauma mekanik (garukan) akan melepaskan TNF-a dan sitokin pro inflammatory lainnya di epidermis, yang selanjutnya akan meningkatkan kronisitas DA dan bertambah beratnya eksema.

    Antigen Presenting Cells
    Kulit penderita DA mengandung sel Langerhans (LC) yang mempunyai afinitas tinggi untuk mengikat antigen asing (Ag) dan IgE lewat reseptor FceRI pada permukaannya, dan beperan untuk mempresentasikan alergen ke limfosit Th2, mengaktifkan sel memori Th2 di kulit dan yang juga berperan mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di dalam sirkulasi.

    Faktor non imunologis 
    Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun. Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.

    Faktor-faktor Pencetus
    Makanan
    Berdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC), hampir 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik positif terhadap pelbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alergi terhadap makanan tersebut, oleh karena itu masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut untuk menentukan kepastiannya.

    Alergen hirup
    Alergen hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat dibuktikan dengan uji tempel, positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah (TDR), dimana pada pemeriksaan in vitro (RAST), 95% penderita DA mengandung IgE spesifik positif terhadap TDR dibandingkan hanya 42% pada penderita asma di Amerika Serikat. Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya seperti bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim.

    Infeksi kulit
    Penderita dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh kuman umumnya Staphylococcus aureus, virus dan jamur. Stafilokokus dapat ditemukan pada 90% lesi penderita DA dan jumlah koloni bisa mencapai 107 koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman Stafilokokus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh karena itu penderita DA dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman stafilokokus dan steroid topikal.

    Manifestasi Klinis
    Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan penyakit dermatitis atopik sukar diramalkan.
    Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan bentuk dewasa.
    • Bentuk infantil Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Bentuk ini berlangsung sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka lebih sering pada bayi yang masih muda, sedangkan kelainan pada ekstensor timbul pada bayi sel sudah merangkak. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini adalah vesikel dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan terkadang infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok sel bayi gelisah dan rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian penderita dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur.
    • Bentuk anak Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun diantaranya terdapat suatu periode remisi. Gejala klinis ditandai oleh kulit kering (xerosis) yang lebih bersifat kronik dengan predileksi daerah fleksura antekubiti, poplitea, tangan, kaki dan periorbita.
    • Bentuk dewasa DA bentuk dewasa terjadi pada usia sekitar 20 tahun. Umumnya berlokasi di daerah lipatan, muka, leher, badan bagian atas dan ekstremitas. Lesi berbentuk dermatitis kronik dengan gejala utama likenifikasi dan skuamasi.
    Stigmata pada dermatitis atopik Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada DA, yaitu:  

    • ‘White dermatographism’ Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan kemerahan dalam waktu 10-15 detik diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.
    • Reaksi vaskular paradoksal  Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada penderita DA. Apabila ekstremitas penderita DA mendapat pajanan hawa dingin, akan terjadi percepatan pendinginan dan perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang normal.
    • Lipatan telapak tangan  Terdapat pertambahan mencolok lipatan pada telapak tangan meskipun hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk DA.
    • Garis Morgan atau Dennie  Terdapat lipatan ekstra di kulit bawah mata.
    • Sindrom ‘buffed-nail’  Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat rasa sangal gatal.
    • ‘Allergic shiner’ Sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan garukan berulang jaringan di bawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan peningkatan timbunan melanin.
    • Hiperpigmentasi Terdapat daerah hiperpigmentasi akibat garukan terus menerus.
    • Kulit kering Kulit penderita DA umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan berpapul folikular hiperkeratotik yang disebut keratosis pilaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang sehingga terjadi pengurangan pembentukan sebum, sel pengeluaran air dan xerosis, terutama pada musim panas.
    • ‘Delayed blanch’  Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan delayed blanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi atau peningkatan permeabilitas kapiler.
    • Keringat berlebihan  Penderita DA cenderung berkeringat banyak sehingga pruritus bertambah.
    • Gatal dan garukan berlebihan  Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada orang normal menimbulkan gatal selama 5-10 menit, sedangkan pada penderita DA gatal dapat bertahan selama 45 menit.

    Variasi musim
    Mekanisme terjadinya eksaserbasi sesuai dengan perubahan musim belum difahami secara menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelembaban nisbi tinggi musim baik pada kekeringan kulit penderita DA. Pada daerah dengan kelembaban nisbi tinggi musim panas berpengaruh buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik pada kulit penderita DA.

    Diagnosa
    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala, hasil pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit rinitis alergika atau asma pada keluarga penderita.

    Pengobatan
    Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal Eksim.
    Krim corticosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah.
    Jika krim atau salep sudah tidak efektif lagi, maka digantikan oleh jeli minyak selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit.
    Jika digunakan kembali setelah pemakaiannya dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efektif kembali.

    Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi.
    Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).

    Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya.
    Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.

    Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi.
    Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah dan demam).
    Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik.

    Tablet dan kapsul corticosteroid bisa menimbulkan efek samping yang serius, karena itu hanya digunakan sebagai pilihan terakhir pada kasus yang membandel.
    Obat ini bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kelemahan tulang, penekanan kelenjar adrenal dan masalah lainnya, terutama pada anak-anak. Selain itu, efeknya yang menguntungkan hanya bertahan sebentar.

    Pada dewasa bisa dilakukan terapi dengan sinar ultraviolet ditambah psoralen dosis oral.
    Terapi ini jarang dilakukan pada anak-anak karena efeks samping jangka panjang yang berbahaya, yaitu kanker kulit dan katarak.

    Pencegahan
    Menghindari kulit kering dapat menjadi salah satu faktor dalam membantu mencegah serangan di masa depan dermatitis. Tips ini dapat membantu Anda meminimalkan efek pengeringan mandi pada kulit Anda: 
    1. Frekwensi mandi. Kebanyakan orang yang rentan terhadap dermatitis atopik tidak perlu mandi setiap hari. Coba satu atau dua hari tanpa mandi. Ketika Anda melakukan mandi, batasi diri Anda hanya 15 sampai 20 menit, dan menggunakan air hangat, bukan panas. Menggunakan minyak mandi juga dapat membantu. 
    2. Gunakan hanya sabun tertentu atau deterjen sintetis. Pilih sabun ringan yang bersih tanpa berlebihan menghapus minyak alami. Deodoran dan sabun antibakteri mungkin membuatlebih kering kulit Anda. Gunakan sabun hanya pada wajah, ketiak, daerah genital, tangan dan kaki. Gunakan air bersih di tempat lain. 
    3. Keringkan diri Anda dengan cermat. Lap kulit Anda dengan cepat dengan telapak tangan Anda, atau tepuk dengan lembut kulit Anda dengan handuk kering lembut setelah mandi.
    4. Melembabkan kulit Anda. Pelembab menahan kulit Anda agar air tidak hilang. Pelembab tebal bekerja dengan baik. Anda mungkin juga ingin menggunakan kosmetik yang mengandung pelembab. Jika kulit Anda sangat kering, Anda mungkin ingin memakai minyak, seperti baby oil, sewaktu kulit Anda masih basah. Minyak memiliki daya tahan lebih daripada pelembab mencegah penguapan air dari permukaan kulit Anda. 

    Selasa, 15 November 2011

    Asuhan Keperawatan Diare pada Anak

    A. Pengertian
    Beberapa pengertian diare:
    1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
    2. Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
    3. Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).

    B. Penyebab
    1. Faktor infeksi
    a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
    b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
    2. Faktor Malabsorbsi
    Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
    3. Faktor Makanan:
    Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
    4. Faktor Psikologis
    Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).


    C. Patofisiologi
    Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
    1. Gangguan osmotik
    Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
    2. Gangguan sekresi
    Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
    3. Gangguan motilitas usus
    Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.


    D. Manifestasi Klinis
    Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.
    Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
    Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
    Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.


    E. Penatalaksanaan
    Prinsip Penatalaksanaan
    Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
    1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
    2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
    3. Memberikan terapi simtomatik
    4. Memberikan terapi definitif.
    ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
    Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
    1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
    Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
    2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
    Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

    - Mengukur BJ Plasma
    Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
    BJ Plasma – 1,025
    ———————- x BB x 4 ml
    0,001

    - Metode Pierce
    Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
    * diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
    * diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
    * diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

    - Metode Daldiyono
    Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
    * Rasa haus/muntah = 1
    * BP sistolik 60-90 mmHg = 1
    * BP sistolik <60 mmHg = 2
    * Frekuensi nadi >120 x/mnt = 1
    * Kesadaran apatis = 1
    * Kesadaran somnolen, sopor atau koma = 2
    * Frekuensi napas >30 x/mnt = 1
    * Facies cholerica = 2
    * Vox cholerica = 2
    * Turgor kulit menurun = 1
    * Washer women’s hand = 1
    * Ekstremitas dingin = 1
    * Sianosis = 2
    * Usia 50-60 tahun = 1
    * Usia >60 tahun = 2
    Kebutuhan cairan =
    Skor
    ——– x 10% x kgBB x 1 ltr
    15

    3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
    Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.
    4) Jadual pemberian cairan
    Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.
    2. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi.
    Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis diare tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap.
    Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma.
    Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
    Secara klinis diare karena infeksi akut digolongkan sebagai berikut:
    1) Koleriform, diare dengan tinja terutama terdiri atas cairan saja.
    2) Disentriform, diare dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah.
    Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis diare.
    3. Memberikan terapi simtomatik
    Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk diare yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi.
    4. Memberikan terapi definitif.
    Terapi kausal dapat diberikan pada infeksi:
    1) Kolera-eltor: Tetrasiklin atau Kotrimoksasol atau Kloramfenikol.
    2) V. parahaemolyticus,
    3) E. coli, tidak memerluka terapi spesifik
    4) C. perfringens, spesifik
    5) A. aureus : Kloramfenikol
    6) Salmonellosis: Ampisilin atau Kotrimoksasol atau golongan Quinolon seperti Siprofloksasin
    7) Shigellosis: Ampisilin atau Kloramfenikol 8)Helicobacter: Eritromisin
    9) Amebiasis: Metronidazol atau Trinidazol atau Secnidazol
    10) Giardiasis: Quinacrine atau Chloroquineitiform atau Metronidazol
    11) Balantidiasis: Tetrasiklin
    12) Candidiasis: Mycostatin
    13) Virus: simtomatik dan suportif

    Konsep Keperawatan
    1. Pengkajian (Anak Usia 3 Tahun)
    a. Keluhan Utama : Buang air berkali-kali dengan konsistensi encer

    b. Riwayat Kesehatan Sekarang
    Pada umumnya anak masuk Rumah Sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dpat bercampur lendir dan atau darah, keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran

    c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
    Meliputi pengkajian riwayat :
    1). Prenatal
    Kehamilan yang keberapa, tanggal lahir, gestasi (fulterm, prematur, post matur), abortus atau lahir hidup, kesehatan selama sebelumnya/kehamilan, dan obat-obat yang dimakan serta imunisasi.
    2). Natal
    Lamanya proses persalinan, tempat melahirkan, obat-obatan, orang yang menolong persalinan, penyulit persalinan.
    3). Post natal
    Berat badan nomal 2,5 Kg – 4 Kg, Panjang Badan normal 49 -52 cm, kondisi kesehatan baik, apgar score , ada atau tidak ada kelainan kongenital.
    4). Feeding
    Air susu ibu atau formula, umur disapih (2 tahun), jadwal makan/jumlahnya, pengenalan makanan lunak pada usia 4-6 bulan, peubahan berat-badan, masalah-masalah feeding (vomiting, colic, diare), dan penggunaan vitamin dan mineral atau suplemen lain.
    5). Penyakit sebelumnya
    Penyebabnya, gejala-gejalanya, perjalanan penyakit, penyembuhan, kompliksi, insiden penyakit dalam keluarga atau masyarakat, respon emosi terhadap rawat inap sebelumnya.
    6). Alergi
    Apakah pernah menderita hay fever, asthma, eksim. Obat-obatan, binatang, tumbuh-tumbuhan, debu rumah
    7) Obat-obat terakhir yang didapat
    Nama, dosis, jadwal, lamanya, alasan pemberian.
    8). Imunisasi
    Polio, hepatitis, BCG, DPT, campak, sudah lengkap pada usia 3 tahun, reaksi yang terjadi adalah biasanya demam, pemberian serum-serum lain, gamma globulin/transfusi, pemberian tubrkulin test dan reaksinya.
    9). Tumbuh Kembang
    Berat waktu lahir 2, 5 Kg – 4 Kg. Berat badan bertambah 150 – 200 gr/minggu, TB bertambah 2,5 cm / bulan, kenaikan ini terjadi sampai 6 bulan. Gigi mulai tumbuh pada usia 6-7 bulan, mulai duduk sendiri pada usia 8-9 bulan, dan bisa berdiri dan berjalan pada usia 10-12 bulan.

    d. Riwayat Psikososial
    Anak sangat menyukai mainannya, anak sangat bergantung kepada kedua orang tuanya dan sangat histeris jika dipisahkan dengan orang tuanya. Usia 3 tahun (toddlers) sudah belajar bermain dengan teman sebaya.

    e. Riwayat Spiritual
    Anak sudah mengenal beberapa hal yang bersifat ritual misalnya berdoa.

    f. Reaksi Hospitalisasi
    1. Kecemasan akan perpisahan : kehilangan interaksi dari keluarga dan lingkungan yang dikenal, perasaan tidak aman, cemas dan sedih
    2. Perubahan pola kegiatan rutin
    3. Terbatasnya kemampuan untuk berkomunikasi
    4. Kehilangan otonomi
    5. Takut keutuhan tubuh
    6. Penurunan mobilitas seperti kesempatan untuk mempelajari dunianya dan terbatasnya kesempatan untuk melaksanakan kesenangannya

    g. Aktivitas Sehari-Hari
    1. Kebutuhan cairan pada usia 3 tahun adalah 110-120 ml/kg/hari
    2. Output cairan :
    (a) IWL (Insensible Water Loss)
    (1) Anak : 30 cc / Kg BB / 24 jam
    (2) Suhu tubuh meningkat : 10 cc / Kg BB + 200 cc (suhu tubuh – 36,8 oC)
    (b) SWL (Sensible Water Loss) adalah hilangnya cairan yang dapat diamati, misalnya berupa kencing dan faeces. Yaitu :
    (1) Urine : 1 – 2 cc / Kg BB / 24 jam
    (2) Faeces : 100 – 200 cc / 24 jam
    3. Pada usia 3 tahun sudah diajarkan toilet training.

    h. Pemeriksaan Fisik
    a) Tanda-tanda vital
    Suhu badan : mengalami peningkatan
    Nadi : cepat dan lemah
    Pernafasan : frekuensi nafas meningkat
    Tekanan darah : menurun
    b) Antropometri
    Pemeriksaan antropometri meliputi berat badan, Tinggi badan, Lingkaran kepala, lingkar lengan, dan lingkar perut. Pada anak dengan diare mengalami penurunan berat badan.
    c) Pernafasan
    Biasanya pernapasan agak cepat, bentuk dada normal, dan tidak ditemukan bunyi nafas tambahan.
    d) Cardiovasculer
    Biasanya tidak ditemukan adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
    e) Pencernaan
    Ditemukan gejala mual dan muntah, mukosa bibir dan mulut kering, peristaltik usus meningkat, anoreksia, BAB lebih 3 x dengan konsistensi encer
    f) Perkemihan
    Volume diuresis menurun.
    g) Muskuloskeletal
    Kelemahan fisik akibat output yang berlebihan.
    h) Integumen
    lecet pada sekitar anus, kulit teraba hangat, turgor kulit jelek
    i) Endokrin
    Tidak ditemukan adanya kelaianan.
    J) Penginderaan
    Mata cekung, Hidung, telinga tidak ada kelainan
    k) Reproduksi
    Tidak mengalami kelainan.
    l) Neorologis
    Dapat terjadi penurunan kesadaran.

    2. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
    1) Motorik Kasar
    Sudah bisa naik/turun tangga tanpa dibantu, mamakai baju dengan bantuan, mulai bisa bersepeda roda tiga.
    2) Motorik Halus
    Menggambat lingkaran, mencuci tangan sendiri dan menggosok gigi
    3) Personal Sosial
    Sudah belajar bermain dengan teman sebayanya.
    4. Diagnosa Keperawatan
    a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
    b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
    c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
    d. Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya
    e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
    f. Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru

    5. Rencana Keperawatan
    Dx.1  Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
    Tujuan   :    Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda dehidrasi 
    Intervensi : Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan output.
    Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
     Intervensi : Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasiPantau intake dan output.
    Rasional : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
    Intervensi : Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
    Rasional : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa
    Intervensi : Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif
    Rasional : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui

    Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
    Tujuan   :  Kebutuhan nutrisi  terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan

    Intervensi : Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
    Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik
    Intervensi : Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
    Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
    Intervensi : Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
    Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
    Intervensi : Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
    Rasional : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut

    Dx.3  : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
    Tujuan :     Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
    Intervensi : Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
    Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
    Intervensi : Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
    Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping
    Intervensi : Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
    Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
    Intervensi : Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
    Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis
    Intervensi : Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
    Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya

    Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
    Tujuan   :  Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
    Intervensi : Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
    Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah
    Intervensi : Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama
    Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian
    Intervensi : Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
    Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecemasan

    Dx.5  : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
    Tujuan   :    Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
    Intervensi : Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
    Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
    Intervensi : Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
    Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien
    Intervensi : Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
    Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
    Intervensi : Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi
    Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

    Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
    Tujuan     :    Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan
    Intervensi : Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan
    Rasional : Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
    Intervensi : Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
    Rasional : Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
    Intervensi : Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan ingkat perkembangan klien
    Rasional : Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimum

    6. Implementasi
    Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya

    7. Evaluasi
    Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

    Reference
    A.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
    Ngastiyah, 997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
    Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta
    Soetjiningsih 1998, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
    Soeparman & Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
    Suharyono, 1986, Diare Akut, lembaga Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta
    Whaley & Wong, 1995, Nursing Care of Infants and Children, fifth edition, Clarinda company, USA